Senin, 03 Januari 2011

Minangkabau, Land of Paradise

Profil Sumatera Barat


Provinsi Sumatera Barat, tempat bermukimnya masyarakat Minangkabau dan tidak berlebihan disebut surga yang terakhir. Provinsi ini dikaruniai dengan budaya dan keindahan alamnya yang sulit dicarikan tandingannya. Tidak mengherankan kalau Sumatera Barat telah lama dikenal sebagai daerah tujuan wisata bagi wisatawan. Perjalanan ke Bukittinggi, suatu daerah yang beriklim sejuk dikelilingi oleh gunung gunung dengan nagari nagari tradisional serta tatanan kehidupan yang masih bertahan selama berabad abad. Atau berkunjung ke Padang menelusuri ibukota provinsi dengan masakan Padang yang terkenal sampai ke mancanegara, dan perjalanan ke daerah daerah cagar alam.

Sumatera Barat terletak antara 0o 54 Lintang Utara dan 3o 30 Lintang Selatan serta 98o 36 dan 101o 53 Bujur Timur. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara disebelah Utara, Provinsi Jambi disebelah Selatan, Provinsi Riau disebelah Timur, dan Samudera Indonesia disebelah Barat. Kondisi alam Sumatera Barat sampai saat ini masih diliputi oleh kawasan lindung yang mencapai 45,17% dari luas keseluruhan. Daratan Sumatera Barat tidak terlepas dari gugusan gunung dan pegunungan yang terdapat dihampir semua kabupaten dan kota. Gunung yang paling tinggi di Sumatera Barat yaitu Gunung Talamau dengan ketinggian 2.913 meter dari permukaan laut yang terletak di Kabupaten Pasaman Barat.

Provinsi Sumatera Barat secara administratif terdiri dari 12 Kabupaten dan 7 Kota, dengan ibukotanya adalah Kota Padang. Provinsi ini memiliki luas daerah sekitar 42,2 ribu Km2 (2,20% dari luas wilayah Republik Indonesia). Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki wilayah terluas, yaitu 6,01 ribu Km2, sedangkan Kota Padang Panjang memiliki luas daerah terkecil, yakni 23 Km2.

Struktur ekonomi Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2008 didominasi oleh sektor Pertanian (30%), Perdagangan (18%) dan Jasa (16%). Untuk sektor pertanian kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan memberi persentase terbesar dengan 50%, kemudian sub sektor tanaman perkebunan sebesar 25%, diikuti oleh sub sektor perikanan, peternakan dan kehutanan masing masing memberikan sebesar 11%, 8% dan 6%. Sementara dari sektor perdagangan kontribusi terbesar datang dari sub sektor perdagangan besar dan eceran dengan 96%, kemudian sub sektor restoran dan hotel masing masing dengan 3% dan 1%.

Provinsi Sumatera Barat mempunyai komoditi unggulan disektor pertanian, pertambangan dan jasa. Untuk sektor pertanian komoditi yang diunggulkan adalah sub sektor tanaman perkebunan dengan komoditi gambir, jarak dan nilam. Sub sektor perikanan dengan komoditi yang diunggulkan yaitu perikanan tangkap. Sementara komoditi penunjang untuk sektor pertanian yaitu sub sektor tanaman perkebunan dengan komoditi kakao, kelapa dan karet. sub sektor perikanan meliputi budidaya tambak, budidaya kolam dan budidaya keramba. Untuk sektor pertambangan komoditi yang diunggulkan adalah semen. Sedangkan sektor jasa komoditi yang diunggulkan yaitu bidang pariwisata dengan salah satu obyek wisata yang terkenal Wilayah Bukittinggi.

Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, Provinsi Sumatera Barat memiliki berbagai sarana, untuk transportasi laut, provinsi ini didukung 8 (delapan) pelabuhan laut yang terdiri dari 1 (satu) pelabuhan laut yaitu Pelabuhan Teluk Bayur dan 7 (tujuh) pelabuhan khusus penyeberangan diantaranya Pelabuhan Siuban, Bake, Air Bangis, Tua Pejat. Selain itu juga tersedia 2 (dua) bandara utama yaitu Bandara Rokot yang terletak di Kabupaten Kepulauan Mentawi dan Bandara Tabing di Kota Padang yang melayani penerbangan domestik dan internasional.


Selengkapnya Klik :

> Komoditi Unggulan Daerah

> Kabupaten & Kota

> Kontak Di Daerah

http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=13


Sumber Peta :

http://www.rangsumbar.web.id/images/peta_sumbar.jpg




Potensi Ekonomi Sumatera Barat


Propinsi Sumatera Barat yang secara administratif terdiri dari 12 Kabupaten dan 7 Kota memiliki luas wilayah 42.297,30 km² dengan penduduk 4.632.152 jiwa. Mayoritas penduduknya adalah suku Minangkabau. Awalnya berasal dari dua suku utama, yaitu Koto Piliang yang didirikan Datuak Katumanggungan dan Bodi Chaniago dirikan Datuak Parpatiah nan Sabatang.

Seiring perkembangan zaman, dua suku itu berkembang pesat menjadi beberapa suku baru seperti; Tanjuang, Chaniago, Koto, Piliang, Guci, Simabur, Sikumbang, Jambak, dan Malayu. Ada pula suku Batak Mandailing, seperti marga Lubis dan Nasution tinggal di daerah Pasaman, dan suku Mentawai di Kepulauan Mentawai.


Selengkapnya Klik :

> Deskripsi Propinsi

> Geografis dan Populasi

> Peta Ekonomi Provinsi

> Data Peta Ekonomi

http://www.cps-sss.org/web/home/propinsi/prop/Sumatera+Barat



Sumatera Barat


Sumatera Barat adalah sebuah provinsi yang terletak di pesisir barat pulau Sumatera, Indonesia dan merupakan provinsi terluas kesebelas di Indonesia dengan ibukota Padang.


Sejarah

Kawasan Sumatera Barat pada masa lalu merupakan bagian dari Kerajaan Pagaruyung.

Kediaman gubernur Westkust van Sumatra atau "pantai barat Sumatera" (litografi berdasarkan lukisan oleh Josias Cornelis Rappard, 1883-1889)

Dalam adminisitrasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda, daerah ini tergabung dalam Gouvernement Sumatra's Westkust yang juga mencakup daerah Tapanuli, kemudian tahun 1905 wilayah Tapanuli menjadi Residentie Tapanuli selain Residentie Padangsche Benedenlanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden. Kemudian di tahun 1914, Gouvernement Sumatra's Westkust, diturunkan statusnya menjadi Residentie Sumatra's Westkust dan di tahun 1935 wilayah Kerinci digabungkan ke dalam Residentie Sumatra's Westkust.[4]

Pada masa pendudukan tentara Jepang Residentie Sumatra's Westkust berubah nama menjadi Sumatora Nishi Kaigan Shu serta daerah Bangkinang dikeluarkan masuk ke dalam wilayah Riau Shu

Pada awal kemerdekaan Indonesia, wilayah Sumatera Barat tergabung dalam provinsi Sumatera yang berpusat di Medan. Provinsi Sumatera kemudian dipecah menjadi tiga, yakni Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Sumatera Barat merupakan bagian dari keresidenan didalam provinsi Sumatera Tengah beserta Riau dan Jambi.

Berdasarkan Undang-undang darurat nomor 19 tahun 1957, Sumatera Tengah kemudian dipecah lagi menjadi Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Wilayah Kerinci yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten Pesisir Selatan Kerinci, residensi Sumatera Barat, digabungkan ke dalam provinsi Jambi sebagai kabupaten tersendiri. Pada awalnya ibukota provinsi baru ini adalah Bukittinggi, namun kemudian dipindahkan ke Padang.


Selengkapnya Klik :

> Kependudukan
> Pemerintahan
> Pendidikan
> Perekonomian
> Pariwisata, Seni dan Budaya
> Pers dan media


http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Barat

Peta Sumatera Barat (Google Map)


Lihat Peta Lebih Besar

Wisata Sumatera Barat

Wisata Sumatera Barat, Klik Di Sini :

http://www.belantaraindonesia.org/2011/01/wisata-sumatera-barat.html

Sumatera Barat Masih Terancam Gempa Besar

Ada kesepakatan para pakar, patahan di Sumatera Barat akan melepaskan energi lebih besar.

Setelah Bengkulu digoyang gempa pada dini hari Sabtu 4 September 2010, para pakar kembali mengingatkan adanya ancaman lain berupa gempa besar di Sumatera Barat.

Gempa di Bengkulu berkekuatan 6 Skala richter itu cukup membuat panik warga sekitar. Warga Bengkulu yang tengah tertidur pulas, berhamburan menyelamatkan diri keluar rumah. Banyak warga tak berani masuk kembali, dan melewatkan waktu sahur mereka di luar rumah.

Dari catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa itu berpusat di 28 km kedalaman laut Lais Bengkulu, di koordinat 3,76 Lintang Selatan dan 101,81 Bujur Timur.

Gempa itu pun juga sempat dirasakan oleh warga Padang yang lokasinya terpisah sejauh 380-an km dari Bengkulu. Bagi warga Padang, gempa ini seperti hendak menyegarkan ingatan mereka terhadap gempa 7,9 Skala Richter yang terjadi pada 30 September 2009.

Bagi pakar gempa LIPI Danny Hilman, gempa ini pun menjadi pengingat bahwa ancaman gempa besar di Sumatera Barat sudah semakin dekat. Sejak jauh-jauh hari, ia telah mewanti-wanti tentang masih adanya potensi gempa besar di Sumatera Barat.

Menurut dia, di segmen Mentawai, masih mengintai potensi gempa dengan energi 30 kali lipat lebih besar dibandingkan gempa di Padang tahun lalu. Pasalnya, siklus gempa besar di (zona subduksi) Mentawai selalu berulang mengikuti siklus 200 tahunan.

Dari penelitian terungkap periode gempa-gempa besar di wilayah itu terjadi terakhir pada tahun 1797 dan 1833. Dari hasil kalkulasi Danny, gempa pada tahun 2007 di wilayah itu hanya melepaskan tidak lebih dari 1/3 jumlah energi tekanan tektonik yang terakumulasi. Artinya, masih ada sekitar 2/3 energi lagi yang tersimpan.

Apabila 2/3 energi itu dilepaskan sekaligus, maka bisa menghasilkan gempa dengan kekuatan nyaris 9 SR. Dan gempa yang terjadi di Padang tahun lalu, sama sekali tidak mengurangi potensi pelepasan energi di wilayah itu, justru memicu pelepasan energi yang lebih cepat.

Perkiraan McCloskey

Kekhawatiran Danny ternyata juga disuarakan oleh Profesor John McCloskey, Head of the Geophysics Research Group pada Ulster's Environmental Sciences Research Institute.

Setelah gempa melanda Haiti yang merenggut 230 ribu jiwa di awal tahun ini, McCloskey buru-buru berteriak agar dunia bersiap untuk mengantisipasi gempa besar di Sumatra Barat.

”Di Sumatra Barat, energi yang terkumpul akibat pertemuan dua lempeng tektonik (lempeng Eurasia dan Australia). Gempa terakhir terjadi lebih dari 200 tahun lalu dan tekanan yang terjadi saat ini mungkin justru lebih besar daripada yang terjadi saat itu; gempa akan terjadi dalam waktu dekat," kata McCloskey kepada ScienceDaily.

Ancaman gempa bumi besar yang akan diiringi tsunami dengan magnitude lebih dari 8.5 di segmen Mentawai tidak terhindarkan, kata McCloskey. Ia juga mengkhawatirkan potensi korban jiwa dengan skala yang sama dengan tsunami dahsyat 2004 yang menimpa 11 negara dan merenggut 250 ribu jiwa.

Pasalnya, Padang adalah kota yang memiliki 850 ribu penduduk yang mendiami daerah pesisir yang sangat riskan di segmen ini. Sekadar informasi, McCloskey adalah ilmuwan yang mewanti-wanti potensi gempa besar di patahan bagian Selatan yang diakibatkan gempa 26 Desember 2004.

Saat itu ia memprediksi potensi gempa bermagnitude 8,5 SR, dan menghimbau pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah antisipatif. Prediksi seperti itu sempat dirasa aneh oleh dunia seismologi.

Namun, dua pekan kemudian, prediksi McCloskey kemudian terbukti, setelah pada 28 Maret 2005, gempa 8,6 SR kembali menggoyang Nias, dan mengakibatkan tsunami setinggi 10 meter serta merenggut 1.313 nyawa.

Peringatan Danny Hilman, maupun McCloskey tentu bukan untuk menakut-nakuti warga Sumatera Barat dan sekitarnya. Langkah terbaik adalah semua pihak, baik pemerintah, dan seluruh masyarakat tetap waspada, sambil terus menyiapkan langkah-langkah mitigasi.

Meskipun ilmuwan tidak bisa memperkirakan gempa bumi dengan skala yang benar-benar pasti, kata McCloskey, tapi untuk kasus gempa Sumatra Barat ada semacam kesepakan di antara pakar.

"Pada kasus ini sudah disepakati bahwa gempa (di Sumatera Barat) akan besar. Kita tahu gempa akan datang, kita mungkin musti menunggu selama tahunan atau dekade untuk membuktikannya. Tapi semestinya gempa ini tak musti mengakibatkan efek yang sama dengan gempa di Haiti," ujar McCloskey.(np)


Sumber :

Indra Darmawan

http://fokus.vivanews.com/news/read/176185-lindu-bengkulu---kesiapan-gempa-besar-sumbar

6 September 2010